Kerjasama

Untuk kerjasama, anda bisa hubungi kami di majalahbisniscom[at]gmail.com

mitos pernikahan adat jawa

Kenali 7 Mitos Pernikahan Adat Jawa yang Patut Kamu Tahu!

Updated: April 25, 2024

Terdapat banyak mitos yang tumbuh subur di tanah jawa. Bagi kamu yang mengaku keturunan suku jawa. Pasti mendengar mitos tentang seorang anak perempuan yang lajang tidak diperbolehkan duduk di depan pintu. Katanya, tidak akan mendapatkan jodoh. Selain itu, terdapat mitos pernikahan adat jawa yang perlu menjadi pertimbangan penting. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi bala bencana.

7 Mitos Pernikahan Adat Jawa yang Wajib Kamu Tahu

Mulai dari kecil hingga beranjak dewasa. Terdapat tata aturan yang perlu diketahui sebelum melaksanakan pernikahan berdasarkan adat jawa. Hal ini dilakukan agar kedua mempelai yang akan mengarungi kehidupan berumah tangga tidak mendapatkan bala.

Maka dari itu, banyak orang tua di tanah jawa mempertanyakan asal-usul, alamat rumah dan urutan calon menantunya. Berikut beberapa mitosnya:

1. Mitos Pernikahan Adat Jawa di Bulan Syuro

Bagi keturunan orang jawa yang ingin melangsungkan adat pernikahan. Maka tidak diperbolehkan menikah di bulan syuro. Hal ini dikarenakan bulan Muharram diktakan sebagai bulan keramat atau agung.

Hal tersebut menjadi pantangan untuk dilanggar dengan mengadakan hajatan. Apabila, pantangan tersebut tidak dipatuhi. Maka akan terjadi bencana bagi kedua mempelai yang mengadakan hajatan serta kedua keluarga besarnya.

2. Mitos Pernikahan Anak Ketiga dan Anak Pertama ( Juli/Lusan)

Masyarakat jawa memiliki mitos pernikahan antara anak pertama dengan anak ketiga tidak diperbolehkan. Apabila dilanggar maka akan terjadi bencana dan banyak cobaan serta permasalahan.

Perbedaan antara anak ketiga dan pertama juga perlu menjadi perhatian sekaligus pertimbangan. Hal ini dilakukan agar pernikahan sebaiknya dihindari. Keberlangsungan pernikahan tidak mendapatkan keberuntungan. Maka dari itu, perlu mengadakan diskusi dengan tetua yang memahami adat jawa.

3. Posisi Rumah Sang Mempelai Tidak Boleh Berhadapan (adep-adepan)

Terdapat mitos lain yang berkembang di tanah jawa khususnya Jawa Timur. Mitos pernikahan mengenai posisi rumah calon mempelai tidak boleh saling berhadapan. Apabila keduanya sberhadapan maka tidak diperbolehkan untuk menikah. Jika tetap dilangsungkan maka akan mendapatkan banyak cobaan dan masalah kehidupan.

Apabila tetap berkeinginan menikah. Maka solusi terbaiknya adalah melakukan renovasi salah satu calon mempelai agar posisinya tidak saling berhadapan. Solusi lainnya salah satu calon mempelai dibuang dari keluarga dan diangkat oleh kerabatanya yang memiliki rumah tidak berhadapan dengan calon mempelai lain.

4. Pernikahan Siji Jejer Telu

Pernikahan kedua calon mempelai adalah anak nomor satu di keluarganya. Selain itu, kedua orang tuanya juga anak nomor satu di keluarganya. Apabila pernikahan tetap berlangsung maka pernikahan ini dianggap mendatangkan bencana sekaligus kesialan.

5. Dilarang Menikah di Bulan Tanggal Lahir

Penentuan tanggal pernikahan untuk melangsungkan pernikahan memang selalu menjadi bahan pertimbangan bagi tetau di tanah jawa. Apabila salah menentukan tanggal yang tepat maka dapat dianggap mendatangakan kesialan.

Sebalinya, apabila menentukan tanggal yang sesuai maka pernikahan dapat berjalan mulus dan mendapatkan berakh atau keberuntungan. Selain penanggalan dan bulan khusus, melangsungkan pernikahan pada tanggal kelahiran calon mempelai pria dapat mendatangkan keberuntungan.

6. Perhitungan Kecocokan/Weton Jodoh

Apabila berkeinginan untuk melangsungkan pernikahan. Maka masyarakat jawa biasa memperhitungkan masalah weton atau kecocokan jodoh maupun pasangan. Terdapat beberapa weton yang dinyatakan tidak cocok maupun jodoh.

Apabila terjadi ketidakcocokan. Maka sebaiknya tidak dilangsungkan acara prnikahan. Hal ini dapat mendatangkan malapetaka. Pada dasarnya, kecocokan perjodohan ini juga dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Weton dianggap penting bagi orang suku jawa. Kebanyakan melakukan kegiatan didasarkan atas weton.

7. Kado Pernikahan

Pernikahan maupun hajatan biasanya dihadiri oleh para tamu yang membawa kado pernikahan. Hadia tersebut ditujukan untuk kedua mempelai sebagai ucapan selamat.

Berdasarkan mitos jawa, hendaknya memilih kado pertama yang akan digunakan untuk melangsungkan kehidupan baru. Apabila ini dilakukan maka keluarga baru akan mendapatkan keberkahan. Selain itu, terhindar dari malapetaka.

Sebenarnya banyak mitos yang berkembang di tanah jawa. Selain mitos pernikahan adat jawa. Terdapat mitos yang berkembang untuk anak-anak, remaja maupun orang yang sudah berkeluarga.

Hal ini dilakukan untuk menghindarkan malapetaka menurut kepercayaab orang jawa. Perkembangan mitos sudah turun-temurun dilakukan dari generasi ke generasi.

Author Web
Author Web
Articles: 107

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Malcare WordPress Security