Kerjasama
Untuk kerjasama, anda bisa hubungi kami di majalahbisniscom[at]gmail.com
Kerjasama
Untuk kerjasama, anda bisa hubungi kami di majalahbisniscom[at]gmail.com
Updated: December 4, 2024
Selama ini, jenis alat musik Jawa Tengah paling dikenal oleh masyarakat mungkin hanya gamelan. Padahal, di Jawa Tengah tersebar berbagai macam alat musik tradisional yang berkembang di tengah masyarakat sejak zaman dulu. Salah satunya adalah sebuah alat musik ‘ajaib’ bernama bundengan dari Wonosobo.
Bahkan tidak banyak masyarakat Jawa Tengah sendiri yang menyadari eksistensi bundengan ini. Sebab selain tidak umum dimainkan di pagelaran besar, bundengan juga cukup langka. Lantas mengapa alat musik ini disebut-sebut unik dan ajaib oleh orang-orang?
Jika baru pertama kali melihatnya, Anda pasti tidak akan ada yang sadar bahwa itu adalah alat musik bundengan. Bentuknya sama sekali tidak menyerupai alat musik apapun yang pernah ada. Bundengan lebih mirip seperti payung atau tameng yang terbuat dari anyaman bambu.
Usut punya usut, dulunya masyarakat Wonosobo ternyata memang menggunakan bundengan sebagai tameng. Maksudnya, tameng dari sengatan matahari dan hujan alias payung. Ukurannya cukup besar sehingga bisa membuat teduh seluruh tubuh jika diletakkan di tanah.
Para petani biasanya menggunakan bundengan untuk bermain musik di waktu istirahat mereka. Ciri khas dari bundengan adalah bunyinya yang terdengar mirip dengan gamelan.Disebut ajaib karena satu alat ini dapat menghasilkan lebih dari satu macam bunyi dalam set gamelan.
Bunyi tersebut berasal dari bilah bambu dan kelopak ruas bambu yang kemudian disematkan senar. Awalnya, senar yang digunakan oleh para petani tradisional adalah ijuk, kemudian diganti dengan senar.
Adapun nama bundengan sendiri berasal dari bunyi yang dihasilkan dari alatnya. Saat dimainkan maka akan terdengar bunyi yang agak mendengung (bundeng/bindeng), itulah mengapa masyarakat menyebutnya ‘bundengan’.
Bundengan memang tidak terlihat seperti gitar atau alat musik petik lain yang pernah Anda lihat. Akan tetapi, cara memainkannya dengan dipetik senarnya. Walaupun, tidak sembarang orang bisa memetik bundengan dengan benar dan menghasilkan suara merdu.
Seorang pemain bundengan harus menggunakan teknik dan memiliki rasa dalam memainkannya. Kedua tangan harus selaras memainkan beberapa bunyi sekaligus.
Adapun alat ini dulunya seringkali digunakan sebagai pengiring tari lengger atau lenggeran. Jadi, pemusik bundengan mau tidak mau juga harus menguasai lagu lenggeran. Setidaknya itu akan mempermudah seseorang untuk bisa mahir memainkan alat musik bundengan.
Seiring dengan berkembangnya kebiasaan masyarakat, bundengan kini tidak jarang digunakan untuk mengiringi pertunjukan seni lain. Misalnya seperti campur sari, rebana, pementasan wayang, dan lagu modern. Tentu karena suara dari alat musik tersebut hampir mirip dengan gamelan.
Senar-senar yang tersemat pada bilah bambu telah disusun sedemikian rupa agar sama dengan gamelan. Tentunya bukan hanya satu alat, melainkan satu set permainan gamelan yang terdiri dari beberapa alat musik. Bundengan dapat dibunyikan seperti gong, bende, gembul, kenong, bahkan kendang.
Sangat multifungsi, tetapi memainkannya tidak semudah yang dibayangkan. Mungkin itu pula yang membuat pemain alat musik bundengan semakin jarang ditemukan.
Banyak alat musik tradisional Indonesia yang semakin terlupakan di masa modern karena tergerus zaman. Biasanya itu terjadi karena tidak ada generasi muda yang mau mempelajarinya. Tetapi kecintaan terhadap alat musik bundengan dewasa ini mulai dihidupkan lagi walaupun sudah tergolong langka.
Di Wonosobo mungkin tidak ada lagi petani atau penggembala yang memainkan bundengan di ladang mereka. Tetapi bukan berarti bundengan punah, melainkan sudah mengalami pembaruan. Seperti dikatakan tadi, alat musik ini sudah banyak digunakan untuk mengiringi berbagai macam lagu.
Salah satu seniman tradisional bundengan di Kabupaten Wonosobo adalah Mulyani. Ialah yang gencar mempopulerkan lagi bundengan dengan mengajarkan cara memainkannya kepada anak-anak.
Mulyani awalnya adalah pengajar ekstrakurikuler bundengan di SMPN 2 Solomerto Wonosobo. Namun belakangan ini bundengan sudah masuk dalam kurikulum yang diajarkan dan diujikan kepada siswa. SMPN 2 Solomerto pun diketahui sebagai satu-satunya sekolah yang berani melakukan gebrakan tersebut.
Sekitar tahun 2018 lalu, alat musik Jawa Tengah ini juga diperkenalkan ke luar negeri dalam sebuah acara di Australia. Seorang pakar musik tradisional dari universitas ternama Australia bahkan datang langsung ke Wonosobo untuk melakukan riset.