Kerjasama
Untuk kerjasama, anda bisa hubungi kami di majalahbisniscom[at]gmail.com
Kerjasama
Untuk kerjasama, anda bisa hubungi kami di majalahbisniscom[at]gmail.com
Updated: March 23, 2025
Pernikahan adat jawa di wilayah Jawa tengah maupun Yogyakarta dikenal dengan nama paes. Paes ageng biasa digunakan di kedua daerah tersebut dalam upacara adat pernikahan. Riasan tersebut memiliki beberapa ciri khusus di setiap daerahnya. Terdapat beberapa penggunaan atribut tradisional dan harus dipakai saat adat pernikahan berlangsung.
Riasan manten yang dikenal sebagai paes agung di daerah Yogyakarta memiliki sedikit perbedaan pemakaiannya dengan daerah solo atau Jawa Tengah. Terdapat filosofi dan doa yang terkandung di dalamnya. Beberapa paes tersebut meliputi, cunduk mentul, paes prada, citak sumping, kalung sungsun, kelat bahudan gelang paes agung. Berikut penjelasannya:
Benda ini berada di kepala sebagai hiasan dengan jumlah bulatan mencapai 5,7 hingga 9 bulatan. Penggunaan kembang goyang sebanyak 7 memiliki makna sebagai tanda pertolongan. Setiap jumlah cunduk mentul yang dipasang pada sanggul pengantin wanita memiliki makna berbeda-beda.
Setiap jumlah memiliki nilai filosofi tersendiri. Apabila melihat hiasan cunduk mentul kahiyang berjumlah 7 memiliki arti “ pitu” angka dalam bahasa jawa. Angka tersebut merupakan simbol “pitulungan”. Hal ini bertujuan dengan harapan dalam menjalani kehidupan berumah tangga selalu mendapat pertolongan.
Biasanya, paes ageng daerah Solo berjumlah 7 kembang goyang. Sedangkan, penganting yang mengenakan kembang goyang satu melambangkan Tuhan yang Maha Kuasa dalam agama Hindu, jumlah 3 melambangkan trimurti. Sedangkan, angka 5 perlambang sebagai rukun islam. Terakhir, jumlah 9 perlambang wali songo.
Sebenarnya, cunduk mentul merupakan salah satu bentuk transformasi dari agama hindu ke islam. Jumlah cunduk mentul selalu ganjil memiliki makna sebagai penolak bala bencana.
Bentuk riasan ini menyerupai lengkungan besar yang ada di kening mempelai wanita. Arti dari tanda riasan tersebut adalah menunjukkan kebesaran dan keagungan Tuhan. Warna lengkungan ini berwarna hitam dengan garis melengkung. Setiap pengantin memiliki garis lengkung yang beragam.
Terdapat lengkungan yang terletak di bagian tengah dan terapit oleh dua lengkungan yang kecil. Lengkungan kecil memiliki filosofi bahwa seorang istri mampu sebagai penyeimbang dalam sebuah rumah tangga.
Riasan ini berada di daerah kening wanita mirip seperti riasan india. Peletakkannya berada di bagian dahi. Makna dari riasan tersebut adalah seorang wanita harus setia, fokus dan lurus. Maksud dari lurus adalah memiliki sikap pandangan ke arah depan.
Sumping merupakan hiasan yang diletakkan pada bagian telinga. Penggunaan sumping oleh sang mempelai wanita terbuat dari bahan lempengan logam. Pemakaian hiasan ini biasa dijadikan sebagai adat trah kerajaan yang dibuat dari daun pepaya. Terdapat nilai filosofi daun pepaya yang digunakan sebagai sumping memiliki rasa pahit.
Rasa ini dapat dijadikan sebagai bentuk penggambaran bahwa seorang istri harus siap menjalani kehidupan yang pahit serta berbagi kesusahan. Namun, nilai filosofi tersebut tetap sama. Meskipun, penggunaan sumping beralih ke logam.
Benda hias pada mempelai wanita ini memiliki susunan 3 bagian. Hal ini memiliki makna sebagai simbol 3 fase kehidupan yang perlu dilalui oleh seorang wanita. Fase tersebut meliputi, fase kelahiran, pernikahan dan kematian. Maksudnya, seorang wanita diharuskan melewati fase tersebut.
Penggunaan hiasan ini juga dijadikan sebagai salah satu benda adat dalam pernikahan adat jawa. Penggunaannya biasa disematkan pada bahu sang pengantin wanita. Biasanya, memiliki bentuk menyerupai naga. Makna dari kelat bahu adalah seorang wanita harus kuat dan tangguh dalam menjalani beragam masalah kehidupan maupun pernikahannya.
Bentuk naga memiliki filosofi sebagai kekuatan besar yang terletak di bahu wanita. Hal ini menandakan sang wanita perlu menjadi kuat untuk mempertahankan pernikahannya.
Gelang ini digunakan sebagai hiasan pergelangan tangan pada mempelai wanita. Bentuknya membulat tanpa putus dan berwanra keemasan. Selain itu, terdapat pernik-pernik warna merah maupun hijau sehingga terlihat sangat menawan dan cantik.
Pemakaian gelang paes ageng memiliki makna sebagai bentuk cinta abadi antara sang mempelai wanita dengan suaminya.
Itulah beberapa benda hiasan yang wajib dalam pernikahan adat jawa yang sudah dilaksanakan dari generasi ke generasi.